Pabrikan kendaraan komersial di Tanah Air tengah bersiap diri menyambut standar emisi Euro4. Begitu juga dengan PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) yang mengklaim produknya sudah siap naik kelas, untuk mengikuti ambang batas gas buang terbaru sesuai aturan pemerintah tersebut.
Namun, penerapan Euro4 di Indonesia bisa dibilang terlambat. Pasalnya, beberapa negara bahkan di wilayah Asia Tenggara, seperti Thailand sudah diberlakukan sejak 2012, Filipina 2016, dan Vietnam 2017.
Meskipun begitu, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin Republik Indonesia (RI), Putu Juli Ardika menjabarkan masalah penerapan Euro4 ini tidak hanya terkait dengan emisi dan produksi, tapi juga investasi.
“Kenapa saya bilang masalah investasi? Jadi kita itu oleh investor dipakai pusat pengembangan gasoline (premium). Jadi, karena mereka duluan (Thailand) memberlakukan Euro4, investasi pengembangan mesin diesel di Thailand,” jelas Putu, dalam Diskusi Pintar Bersama Isuzu dan Kementerian Perindustrian, di GIICOMVEC, JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020).
Diakui, Indonesia memang terlambat dalam memberlakukan standar emisi yang lebih ramah lingkungan ini. Tapi, dengan mandatory Euro4 ini, diharapkan mampu meningkatkan industri otomotif, tidak hanya untuk pasar lokal tapi juga ekspor.
“Jangka pendeknya lagi, dengan Euro4 dan Euro5 nantinya, kita minta Isuzu berkontribusi ke Australia di segmen truk. Itu yang mau didiskusikan dengan prinsipal Isuzu. Ekspor ini untuk jenis truk, yang memang pasarnya Australia, dan itu yang paling memungkinkan,” tegasnya.
Sumber : Liputan6.com